Mekanisme penyusunan visi misi jurusan kesehatan lingkungan dirumuskan melalui Ketua Jurusan kemudian membentuk tim perumus yang melibatkan civitas akademika. Rumusan yang dihasilkan selanjutnya dibahas dan disosialisasikan dalam lokakarya mini antara civitas akademika jurusan dan melibatkan semua stakeholder (Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, Kantor Kesehatan Pelabuhan, BTKL, dan HAKLI) yang ada dilingkungan Program Studi S-1 Kesehatan lingkungan untuk ditanggapi dan dirumuskan secara bersama sehingga menghasilkan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang baku, dengan harapan bahwa rumusan tersebut dapat dilaksanakan dan diwujudkan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh jurusan kesehatan lingkungan. Seperti yang tertuang dalam kurikulum program studi S-1 Kesehatan Lingkungan tahun 2009 dan Kemenkes No. 852/Menkes/SK/IX/2008 mengenai sanitasi lingkungan yang berbasis masyarakat.

Upaya penyebaran/sosialisasi visi dan misi melalui rapat internal tingkat jurusan bagi dosen dan tenaga kependidikan, Pengenalan program studi (PPS) bagi Mahasiswa Sosialisasi dalam bentuk cetakan tertulis dalam bentuk figura dan dipajang di ruang terbuka jurusan sehingga mudah dilihat dan dibaca oleh civitas akademik, dimuat dalam buku profil dan panduan Jurusan Kesehatan Lingkungan yang diberikan kepada setiap mahasiswa baru secara gratis, di informasikan dalam kegiatan PPS (program pengenalan kampus) oleh Prodi S-1 Kesling, di informasikan pada pelaksanaan PBM pada awal perkuliahan oleh dosen, di informasikan pada saat Bimbingan mahasiswa dengan dosen PA (Pembimbing Akademik) serta dilakukan pula dengan melalui social media.

Beberapa persiapan dalam menerapakan sistem  Program Studi Sarjana Kesehatan Lingkungan (S.KL.). Dalam suatu wilayah, kondisi lingkungan merupakan determinan utama dan terpenting bagi derajat kesehatan masyarakat. Pencemaran lingkungan akibat perkembangan teknologi dan pembangunan juga mempengaruhi ragam dan kualitas pencemarnya, dari masalah sanitasi dasar, pembuangan limbah rumah tangga, sampah domestik, dan penyediaan air bersih, bergeser ke berbagai pencemaran partikel debu, bahan dan buangan kimia, sampai radiasi dan gelombang elektro magnetic.

Pemanasan Global atau global warming merupakan penyebab emisi karbon, gas-gas rumah kaca dan bahan pencemar lainnya, yang pada gilirannya mengakibatkan perubahan dan penurunan kualitas lingkungan serta mempengaruhi kesehatan dan kesinambungan kehidupan manusia (Diseases accurrences bounded to ecosystem and culture).

Posisi geografis Indonesia berada di persimpangan jalan lalu lintas barang, jasa, teknologi dan manusia dari seluruh dunia yang semakin meningkat memiliki potensi risiko kesehatan lingkungan yang harus di antisipasi. Globalisasi yang ditandai dengan peningkatan dinamika lalu lintas barang, jasa dan pergerakan manusia akan mempengaruhi globalisasi penularan dan penyebaran penyakit dan new emerging infectious disease (misalnya: SARS, Avian influenza, Legionnaire disease, serta potensi risiko kesehatan lingkungan lainnya). Masalah perubahan lingkungan lokal seperti pemukiman, urbanisasi, kepadatan hunian, perkembang biakan vektor, binatang peliharaan, life style, perhotelan, pariwisata, transportasi, kecelakaan lalu lintas, industri, kehidupan modern, dan lain sebagainya juga berimplikasi terhadap kesehatan. Dilain pihak Indonesia yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau, sebagian terpencil, pulau pulau kecil, memiliki permasalahan kesehatan lingkungan tersendiri.

Berbagai dinamika perubahan serta kondisi lingkungan baik lokal maupun global perlu di antisipasi dengan pengembangan ilmu serta aplikasinya oleh dunia pendidikan. Ilmu Kesehatan Lingkungan mempelajari hubungan interaktif antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kesehatan masyarakat dengan segala atributnya, dan mengidentifikasi, mengukur, menganalisa serta mencari upaya pengendalian dan pencegahan terjadinya gangguan kesehatan.

Penerapan ilmu kesehatan lingkungan akan memberikan daya ungkit yang besar dan signifikan dalam konteks pembangunan nasional dan global yang telah disepakati internasional dalam Millenium Development Goals (MDGs), karena dari delapan indikator pencapaian MDGs, kesehatan lingkungan berperan besar dalam pencapaian 6 indikatornya, yaitu: kemiskinan, angka kematian bayi, angka kematian kasar, angka kematian ibu, malaria dan TBC, dan sanitasi dasar. Permasalahan dan tantangan pencemaran lingkungan telah sedemikian besar dan mendesak untuk dikendalikan dan dicegah penyebarannya, namun sumber daya manusia dengan keterampilan khusus kesehatan lingkungan masih sangat terbatas jumlahnya. Pada saat ini pendidikan kesehatan lingkungan hanya ada pada tataran D3 yang lebih berfokus kepada pemenuhan kebutuhan program sanitasi dasar, serta kegiatan terbatas pada pemberian materi Kesehatan Lingkungan program pendidikan kesehatan masyarakat yang masih bersifat generalis.

Untuk itu, diperlukan suatu Program Studi Kesehatan Lingkungan guna menjawab berbagai tantangan dan permasalahan lingkungan di Indonesia. Sebagai universitas terbaik di negara ini sekaligus sebagai panutan universitas lainnya, Universitas Indonesia menjadi sangat potensial untuk menjadi pionir pembukaan program studi Kesehatan Lingkungan di momentum waktu yang sangat tepat saat ini.